Daisypath Happy Birthday tickers

Daisypath Happy Birthday tickers

Selasa, 13 Agustus 2013

Surat di bulan Agustus

Surat untuk kabut di bulan Agustus

Kepada tuan penerima sebagian hatiku disana, bagaimana keadaanmu ? terlebih setelah pulang dan beristirahat lagi disini. Apa rumah masih mengalahkan kenyamanan tempat mu disana ? jahat sekali jika kamu masih menjawab iya. Padahal sudah ada aku, disini.

Surat kali ini datang karena hal yang baru ku mengerti malam ini, tentang bagaimana rindu tidak bisa menguap begitu saja.

Ingatkah kamu kejadian tempo hari, di tanggal ke tiga bulan Agustus. Saat pertama kali kita bertemu kembali setelah tiga minggu bersahabat dengan jarak dan waktu. Kau mengajakku ke suatu tempat. Lagi-lagi tempat baru yang tak ku ketahui, yang tersembunyi di kotaku sendiri.
Barisan pohon pinus menghiasi di setiap sudut pandang yang ada. Langit mendung menggelayuti cakrawala, saat itu, saat-saat perjalanan dengan batas waktu.

Saat itu, Aku tidak lagi berbicara banyak padamu, berhenti mengoceh panjang lebar, sebgai gantinya membiarkanmu bercerita banyak hal, sesekali berkomentar dan tertawa. 

Saat itu, aku tidak ingin beranjak menatap matamu, tidak mau melewatkan secuilpun garis dan pahatan Tuhan yang begitu istimewa di depan mataku.

Saat itu, aku menyadari aku hampir kehilangan diriku sendiri, setelah kamu menggenggam tangan aku, memperjelas bagaimana rasa rindu itu mengalir hebat dari setiap ujung jari-jemarimu. Dan aku memilih diam. Tidak mau merusak waktu yang kan terlewat walau terkesan sunyi dan kelu.

Mengapa ? mengapa rasanya rindu itu tak mau pergi bahkan setelah kamu ada di hadapanku ?

Mengapa ? mengapa rasanya rindu itu malah asik berdiam diri disana ? Tak mau beranjak.

Mengapa ? mengapa rasanya rindu itu semakin mengendap di dasar, mengerak. Seakan tidak mau pergi, seakan-akan tidak rela habis.

Dan saat kamu mengantarku pulang, langit masih saja kelabu, biru membisu, siap kapanpun menumpahkan isinya sewaktu-waktu.

Diatas sepeda motor yang kita kendarai. Aku tetap tidak bisa bicara, biar saja. Cukup balasan genggaman tanganku saja yang berbicara menuju hatimu. Cukuplah anak-anak angin yang mengantarkan bisikan rindu ke telingamu. Perjalanan terkahir menuju dunia nyata yang pilu.

Tahukah kamu ? saat itu, aku semakin tidak rela kehilangan kamu.

*


Tuan pemilik hati, malam ini kau sukses membuatku tidak bisa terlelap. Asik memandangi bulan yang ku yakini ada di tempatmu juga.  kita masih dalam naungan langit yang sama, kemudian aku mengirimkan sebuah pesan singkat. kau membalasnya dengan cepat. 


Lucu ya, sampai saat ini kita melihat bulan yang sama. Padahal terbentang satuan kilometer yang sukses membuat kita tak bisa bertemu setiap waktu. Namun dengan menatap satelit bumi itu, dan sebuah pesan singkat darimu. Semuanya terasa cukup. Saat itu aku merasa dekat denganmu.

Ah ya,  Tuan, tidak kah kamu tahu sejahat apa kamu saat ini ? kembali lantas meninggalkanku lagi. Memaksaku dengan angkuh menerjang jarak dan waktu. Namun aku bersedia. Tentu saja jika itu kita lakukan berdua.

Aku tahu ini tidak akan mudah. Tidak seperti tidur terlelap lalu bangun di  pagi hari, tapi bukankah jarak dan waktu bukan lagi hal yang bisa menghancurkan segalanya, jarak tidak lah lebih kuat dari apa yang kita punya. benar kan ?

Tuan, jika suatu saat kamu harus kembali ke sana, ke negerimu, untuk meraih cita-citamu. aku ingin mengingatkan mu satu hal, aku akan tetap disini. Untuk kamu. Kita akan sama-sama menjemput mimpi kita meskipun di tempat berbeda. Jika kamu lelah, kamu bisa kemari. Beristirahat lantas pergi lagi. Tidak apa.

Aku percaya, kita tidak akan saling menghancurkan. Selama masing-masing masih memiliki kepercayaan, saling menguatkan, meyakinkan, dan masih dalam lindungan Tuhan. Benarkan ?

Surat kali ini ku akhiri dengan ucapan terimakasih untuk kamu Tuan, bahkan sampai saat ini kamu masih mau menjaga hati, masih mau direpotkan dengan memilih aku lantas kembali.
Biarlah sekarang kamu disana, meraih mimpi, menemui takdir. Lalu menjemput aku.

*

Surat ini di tujukan untuk kabut.

Seseorang yang mampu mencuri seluruh pazel hati, lantas merombaknya menjadi sesuatu yang tidak bisa di duga lagi.

Dari aku.


Seseorang yang begitu mencintai kamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar