Payung Lembayung
Senja
PROLOG
Kaki-kaki mungil
itu terus saja bergerak, berlari, menginjak pasir-pasir putih hingga menutupi
sebagian tumitnya. Tertawa lagi. Saat salah satu dari mereka menyentuh deburan
ombak senja hari. burung-burung camar telah kembali ke timur sembari membawa
beberapa makanan untuk anak-anak mereka, sementara beberapa nelayan mulai
menaiki perahunya siap mendayung mencari penghuni lautan.Niur-niur hijau
melambai-lambai, menandakan agar kaki-kaki kecil itu segera kembali kerumah,
mentari terus saja mengeluh lelah, sesegera meminta sang rembulan menemani
bumi.
“indah ya..” seru
seorang dari salah satu kaki kecil itu yang kini tengah menelentangkan kedua
kakinya sambil menyuguhkan senyuman hangat dengan deretan gigi susunya. Disisinya
bocah lain tengah duduk , kedua lengannya memeluk lutut, ia menatap bocah itu
sebentar lalu mengangguk ikut tersenyum juga.
Mereka berdua
kembali menatap mentari yang tengah kembali keperaduan, menimbulkan semburat
orange dengan perpaduan pantulan air laut keemasan. Diikuti dengan kedua jemari
bocah itu yang kini saling bertautan.
Disinilah,
dimulai sesuatu yang tak akan mereka mengerti. Getaran-getaran yang mulai
menggelitik hati, di bawah naungannya,
Payung lembayung
senja.
*
Sivia
Hari ini panas
sekali, sepertinya benda bulat kuning besar itu sangat semangat menyinari bumi,
lihatlah betapa teriknya ia menyentuh kulit putih mulusku.
Oke stop mengeluh
Sivia, berkonsentrasilah dan jangan lengah, aku tak ingin kalah tanding basket
lagi dengan pemuda cungkring ini, Gabriel. Sahabatku.
Slup ! masuk !!
aku menatap bola basket itu puas, setelah gerakkan mendribel tadi.
“lihat ! masuk
lagi , lo bakal tetep kalah dari gue yel !” ucapku sambil menyeka keringat
dengan baju basketku yang telah basah oleh sisa ekresi metabolisme tubuhku.
Kulihat Gabriel terkekeh, ia melepar sebotol air mineral yang di tangkap mulus
olehku.
“heuh itu Cuma
kebetulan, gue lagi capek aja” ujarnya sambil tertawa renyah. Aku mendengus
lalu ikut duduk bersama Gabriel di bangku kayu itu.
Kami teridam
untuk beberapa saat, tiba-tiba handphone ku berkedip, ada satu pesan singkat
yang masuk sedetik kemudian aku tersenyum cerah.
*
Gabriel
Aku mengamati
sivia yang tengah sibuk dengan ponselnya sesekali tersenyum lalu ia kembali
memencet-mencet keypard ponselnya.
“sibuk banget..”
ucapku berusaha mengalihkan perhatian sivia, ia menoleh lalu terkekeh geli.
“maklum guekan
artis..” ucapnya jail, sambil memeletkan lidahnya, ah.. lihatlah ia selalu
tampak lucu dengan posisi begitu, dan selalu berhasil mebuatku ingin menjawil
pipi cubby-nya dengan cepat ku jawil pipi sivia, belum sempat ia mengomel aku
sudah menempelkan salah satu jemariku di bibir mungilnya.
“orang cantik gak
boleh ngomel” ujarku , sambil mengedipkan sebelah mata, membalas tingkah jail
Sivia tadi.
Nampaknya gadis
di hadapanku ini salah tingkah, ia mengangkat sebelah tangnnya untuk memukulku
namun kalah cepat, aku segera bangkit lalu berlari menjauh, sivia berteriak
kesal lalu mengikuti ku dari belakang, berusaha mengejar.
Bahagia itu..
Seperti ini,
selalu bersamamu. Sesederhana itu.
“sivia !” panggil
seseorang seketika aku memperlambat laju kakiku. Aku menengok melihat gadis
chubby itu merubah arahnya menghampiri asal suara tadi. Aku mendengus, dasar
mengganggu saja. Rutukku dalam hati.
“Sivianya gue
bawa dulu ya yel” ujar pemuda yang tak lain adalah asal suara tadi, setelah
menggenggam tangan Sivia ia melambaikan tangan. Aku membalas lambaian tangannya
sambil tersenyum getir. Selalu seperti ini.
Dulu, sebelum
waktu merampas pagi aku memiliki banyak masa denganmu.
Dulu, mengukirnya
bersama langit semau kita, sekehendak kita.
Namun sekarang..
Detik yang ku
punya terlalu singkat. Selalu singkat.
**tu bi continu**
Aaaaaaaa… gimana prolognya ?? jelek ?
tentu saja hahaha saya –nyoba jadi- penulis –tentunya masih- amatiran mau coba
buat cerbung kali aja bisa jadi novel *pede banget*
Makasi yang udah mau baca. , semoga Pak
Ide dan Ibu Rajin baik sama saya dan cerbung ini dapat saya post dengan baik
t(._.t)
Di tunggu saran nyaaa, karena itu ngeruh
banget sama mood saya buat nerusin cerita ini. Makasi.