Daisypath Happy Birthday tickers

Daisypath Happy Birthday tickers

Jumat, 24 Agustus 2012

somehow (cerpen)



Somehow,
Saat hal yang tak mungkin menjadi bisa nyata..

****

Aku menghentikan langkahku, sang indra penglihat ini menangkap sosok adiksi itu juga tengah memperpendek jarak yang tercipta. Dan tiba-tiba semuanya terhenti saat Casanova itu menohokku dengan kedua matanya yang tenang, namun entah mengapa membuat kaki-kakiku meleh seperti tembaga yang dicairkan. Dan tanpa sadar aku menahan nafas saat ia mendekati wajahku dan berujar “kau menghalagi jalanku..” ujarnya  dingin. Kaku.
Lalu dengan segenap kesadaran yang ku punya aku menggeser posisiku beberapa  sentimeter darinya, kulihat ia menyirit meruncingkan ujung matanya hingga menembus milikku telak, dan detik berikutnya ada yang menarik padangan ku ke ujung kaki, dan tetap menunduk sampai ia berlalu. Lamat aku medesah, selalu seperti ini.

“hey Sakura-Chan, kau sedang apa ?” tiba-tiba aku merasa seseorang menyeru namaku dan keyakinanku diikuti dengan tepukan di pundak. Aku, mau tak mau menoleh dan mendapati Misaki tengah tersenyum.

“aku tidak sedang melakukan apa-apa” jawabku di imbuhi senyuman di akhirnya. kulihat alisnya menyirit lalu ia mendekatkan wajahnya ke telingaku.

“kau tadi bertemu si Doraemon itu , ya ?” tanyanya penuh curiga. Mataku terbelak.

“hey bukan Doraemon, tapi ..”

“hahahahaa..kau ini mudah sekali di tebak ! hahaha ” ia tertawa lepas sambil memegangi perutnya. Tawannya yang keras mampu menarik seluruh pandangan di koridor ini.

“Hey !” tegurku  sembari menyenggolnya pelan, ia menghentikan tawa nya. Ia menatapku tanpa dosa sambil menahan tawa. aku mendengus.

“sepulang sekolah nanti mau menemamiku bermain basket ?” tanyanya. Aku menatapnya galak.

“kaukan tahu aku tidak suka olahraga !” tagasku menolak. Ia tertawa lagi namun kali ini lebih pelan.

“siapa bilang kau harus ikut bermain, cukup melihatku saja..” ujarnya sambil menyentuh puncak kepalaku.

“huh itu membosankan Misaki-kun !” aku lagi-lagi menolak ajakannya.

“bukankah menulis lagu tanpa melakukan apa-apa itu membosankan ?!” tanyanya, ia tidak menyerah.

 Aku membuang nafas. Misaki sangat menyukai olahraga terutama Basket, Ia menempati posisi point guard dan ia adalah salah satu pemain terbaik di sekolah. Berbeda denganku, aku tidak menyukai olahraga, aku lebih memilih duduk berjam-jam di depan piano di banding harus menggerakan badan di tengah terik matahari.  Tapi untuk kali ini Ia benar juga aku bisa menemaninya dan menulis lagu tanpa bosan.

“hhhh.. baiklah” ucapku akhirnya menyerah, kulihat Misaki tersenyum lebar, lalu sekali lagi ia menyentuh puncak kepalaku dan mengacak rambutku pelan.

“anak baik, ayo masuk kelas !” aku mengangguk. Lalu berjalan beriringan dengan Misaki.

**

“hey Sakura-Chan !” aku menoleh keseluruh lapangan, mencari-cari sosok pemilik suara tadi. Pandanganku terhenti pada seorang pemuda yang tengah melambai ia mengenakan seragam Basket lengkap dengan keringat.

Aku balas melambai, lalu mencari posisi duduk yang nyaman.

Aku duduk disalah satu pohon  Gingko yang terdapat di pinggir lapangan, Langit sore ini sangat cerah, sinar matahari sepertinya mampu membuat kulitku kecoklatan seperti Misaki.

Aku terkekeh saat melihat Misaki menari konyol setelah melakukan aksi sok jago nya, Ia melempar bola basket dari jarak yang cukup jauh tapi hebatnya benda  bulat orange  itu masuk mulus kedalam ring.  Aku bertepuk tangan sambil terus menahan tawa, Misaki Nampak seperti bocah berumur lima tahun yang baru saja mendapatkan permen, Misaki menatapku lalu tersenyum lebar.

Aku baru teringat, bukankah aku harus menyelesaikan lagu ku untuk Pentas sekolah Musim Gugur bulan depan ? dengan gerakan cepat aku merogoh tasku mengaduk isinya lalu mengeluarkan buku berisi partitur-partitur nada, aku mencari-cari halaman terkahir yang baru saja ku tulis lalu tanpa sadar aku mulai bergelut dengan nada dan not.

Aku meregangkan otot-ototku yang tegang mungkin karena terlalu lama menunduk pundakku jadi terasa sakit. Aku menatap jam yang terpasang di pergelangan tanganku. Ini sudah pukul 5 sore. Ah tidak terasa ternyata sudah 2 jam. Aku menyapu pandagan ku ke arah lapangan. Lapangan itu kosong, mungkin Misaki telah selesai dan tengah berkemas.

Secara tidak sengaja ekor mataku melihat pancaran zat adiksi dari Cassanova itu melintas bersebrangan denganku, tubuhku merejang saat menatap zat adiksi itu tersenyum, senyum yang mampu membuat siapa saja luluh, namun senyum itu tidak ditujukan untukku melainkan untuk… seorang gadis, disampingnya, yang kini berdampingan dengannya. Gadis itu, bukankah ia Akari ? teman sekelasku.

Tiba-tiba ada yang berdenyut, merintih sakit disini. Saat Casanova itu merangkul Akari, Ah begitukah ?! sebegitukah aku menyukainya ?! apa aku sudah benar-benar kecanduan oleh zat adiksinya ?!

Aku membuang pandanganku, lalu tanpa sadar aku mendapati seseorang tengah berdiri, aku mendongkak, ia tengah menatapku, tatapan yang sama dengan yang ku berikan padanya.

“kau baik-baik saja ?” Tanya Misaki. kini telah mengganti seragam Basketnya, rambut nya yang hitam agak ikal itu kini dibasahi buliran-buliran air.

Aku menggeleng. Lalu berujar lemah. “ aku ingin pulang..” ucapku sambil berusaha membendung pertahananku yang lama-kelamaan mulai runtuh.

Aku tidak tahu, tapi sepertinya Misaki tengah mencari sumber sikapku yang tiba-tiba berubah.
Lalu kulihat, tangannya terkepal kuat-kuat. Aku memberanikan diri menatap Misaki mencari-cari dimana kedua danaunya yang bening, namun yang kudapati kedua danaunya itu mengeras menatap lurus, pada satu titik, titik yang sama dengan yang ku tatap tadi.

Aku beranjak, merapihkan alat tulis dan buku yang tadi sempat kugunakan.  

“Misaki-kun apa kau sudah selesai ? bisa kita pulang sekarang ?” tanyaku hati-hati. Bukan jawaban yang kudapat dari Misaki, kini ia menatapku dengan tatapan yang tak kumengerti.

“apa kau benar-benar menyukainya ?” tanyanya dengan nada yang tidak biasa. Aku menyirit.

“lalu apa yang akan kau lalukan saat melihat Tetsuya-kun bersama gadis lain ?” lanjutnya, kini aku mengerti kemana arah bicaranya.

“tidakkah kau sadar ia akan terus menyakitimu ?” ia terus mencercahku dengan berbagai pertanyaan dan itu semua membuat kepalaku terasa berat.

Aku tidak tahu, aku tidak tahu, aku tidak mau tahu! Aku menjerit dalam hati.

Aku mendongkak, lalu mencoba menarik kedua ujung bibirku hingga membentuk lengkungan.
“aku.. tidak apa-apa biar harus seperti ini. Sekalipun aku harus menyerah. Aku tidak akan menyesalinya” ucapku dan ternyata cukup membuat Misaki diam. Ia menatapku, dan detik berikutnya ia memalingkan wajah.

“itu bukan cinta, ketika semua titik yang kau tuju hanya berujung lelah” ia bergumam, namun dengan jarak yang begini dekat aku cukup mendengar ucapannya tadi.  

“itu bukan cinta, ketika kau jadi buta dan berjalan seolah tak pernah mengenal arah. Itu bukan cinta ketika kau menjatuhkan diirmu dan pasrah !” kini nada suranya semakin tinggi, membuatku semakin ketakutan.

Aku menggeleng, frustasi. Mengapa Misaki tiba-tiba menjadi seperti ini. Aku telah mengenalnya hampir separuh masa umurku, mana sikapnya yang hangat ? mana pandangan yang mampu membuatku tenang ? ini bukan Misaki ku “aku ingin pulang !” ujarku emosi sambil melangkah meninggalkannya.

Memang apa salahnya mencintai seorang Casanova sekolah, aku tahu dan aku yang paling tahu resiko menyukainya. Aku juga tahu kalau ia tidak akan melihatku bahkan dari sisi manapun. Aku tahu itu. namun mengapa Misaki, sahabatku sendiri mengatakan hal yang tidak patut ia katakan. Ia menyakitiku.

Dan pertahanan yang mati-matian aku bendung akhirnya runtuh juga, dalam tangis aku mempercepat langkahku. Namun setelah itu
Kaki-kaki ku terasa di paku, aku berdiri mematung, saat hembusan angin membawa daun-daun Gingko menyentuh rambutku, mataku terbelak maksimal, tiba-tiba semuanya terasa sangat sunyi, hanya suara Misaki yang terdengar jelas. Sangat jelas. Jelas menyedihkan.

 “mengapa kau tidak mencoba membuka matamu ! mengapa kau tidak pernah melihatku !!” ujarnya suaranya benar-benar memenuhi otakku.

“kau terlalu sibuk menyukai orang lain, hingga tidak pernah melihatku !” ujarnya lagi, kini suaranya jelas terdengar bergetar.

Dengan segenap kekuatan aku berbalik, dan betapa menyakitkannya saat melihat Misaki telah terduduk dengan kedua lutunya yang bersentuhan dengan tanah. Sinar senja memantul pada rambut-rambutnya yang basah, Aku tidak dapat melihat dua danaunya yang bening. Ia menunduk dalam.

Entah oleh dorongan apa kaki-kakiku mulai bergerak, menghampirinya.

Betapa bodohnya aku, betapa tidak berperasaannya aku. Mengapa aku bisa melewatkan sesuatu yang sangat penting. Misaki. Mengapa aku tidak pernah menyadari keberadaan hati Misaki ? aku bahkan tidak bisa membayangkan, senyum apa yang ia perlihatkan saat aku menceritakan dengan bangga sosok Casanova itu, aku tidak bisa lagi membayangkan bagaimaa perasaanya saat dengan jelas aku lebih membela Casanova itu dibandingkan dia. Aku..  sejak kapan aku menjadi orang jahat ?

Aku menyentuh bahu Misaki, lalu seperdetik kemudian ia mendongkak, dan betapa terkejutnya aku saat melihat kedua bening itu kini keruh, itu bukan mata yang selalu ia tunjukan untuk menenangkanku, itu bukan mata yang selalu membuatku hidup. Itu itu bukan miliknya.
Atau.. atau aku yang tidak pernah mengerti sepenuhnya, atau atau aku yang terlalu sibuk memahami  oranglain ? sehingga aku lupa untuk memahami sahabatku sendiri.

Kulihat misaki bersusah payah beridiri, Entah oleh tarikan macam apa, kedua tanganku terulur, lalu seperdetik kemudian aku rubuh di pelukan Misaki. Misaki nampaknya menegang namun lamat tapi pasti ia membalas mendekapku. Kini giliran aku yang menegang, perasaan macam apa ini ? ini bukan sensasi kaget dan tegang seperti yang kurasakan pada Tatsuya, si Casanova itu. ini..

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1mOlclu0H_QLPgy9Ifq_lGmddhpcahQ-Uxj_ZOYwi5m4_bDzZRbXA32fYkATU4Xb_5j5zsNDxD30MjFsnV9EUeq2b70f6w8mD-x7rpS2fUF2nvfn6xmC4YuzhCZorRcilBgbyjprYZFyp/s320/Anime-Friends-Cards.jpg
“Maafkan aku..” ucap Misaki pelan. aku merasakan ia menempelkan pipinya di kepalaku.
Dan setelah kata-kata itu seakan menonton film, rol-rol ingatan di fikiranku terputar begitu saja, saat Misaki mengajariku menaiki sepeda, saat Misaki menepuk-nepuk puncak kepalaku saat aku menangis, Saat Misaki mendengarkanku bermain piano. Saat Misaki..

Aku menggeleng. “tidak apa-apa..” jawabku setengah sadar, karena masih terhanyut oleh kehangatan yang Misaki ciptakan.

“Misaki-kun Aku ingin kau mengucapkan apa yang kau percayai..” ucapku. Dan setelah aku merasakan ia melepas pelukanku.

“apa ?” tanyaya dengan muka polos. Aku terkekeh, lagi-lagi ia menciptakan perasaan yang tidak ku mengerti, aku menatap matanya, dua danaunya itu kini kembali jernih. menenangkan.

“aku ingin kau mengatakan apa yang kau rasakan terhadapku” ucapku sejelas-jelasnya.
Ia menatapku dalam. Menghela nafas  lalu mengucapkannya penuh ketulusan.

“aku mencintaimu, Sakura-Chan” ucapnya. Menciptakan getaran-getaran yang sangat ku nikmati
Sekarang giliran aku menatapnya, “terimakasih telah mencintaiku, oleh karena itu, ajari aku mencintaimu” ucapku sungguh-sungguh. Aku masih menatapnya, dan aku baru menyadari bahwa Misaki mempunyai lensung pipi saat ia tersenyum. Lesung yang membuatnya jauh lebih tampan.

“serahkan saja padaku !” ujarnya setengah kegirangan, lalu kembali menyesapkan kehangatan yang menjalar keseluruh jiwaku. Mengalahkan hangatnya sinar senja hari ini, esok, dan selamanya.

**

Itu bukan cinta
Ketika semua titik yang kau tuju hanya berujung lelah

Itu bukan cinta
Ketika kau jadi buta dan berjalan seolah tak pernah mengenal arah

Itu bukan cinta
Ketika kau menjatuhkan dirimu dan pasrah

Itu bukan cinta
Ketika kau lupa dirimu hingga memilh untuk menyerah

Itu bukan cinta
Ketika kau menangkan ego dan kau biarkan hatimu menderita kalah

Itu bukan cinta
ketika semua tentang yang kau inginkan dengan serakah

itu bukan cinta
ketika kau mencari-cari putih tapi yang kau dapat tetap salah.

Itu bukan cinta
Sama sekali bukan

**Somehow (cerpen) selesai**

Cuapcuap cipaaw.

Akhirnyaaaa selesai jugaaaa, fyuuuh..
Mau say thanks dulu nih buat Zaki, makasih arahannya, kamu bantu banget apalagi pas berbagi ilmu tentang embel-embel nama dan kedudukan orang-orang Jepang, maklum aku kan gak tau apa-apa tentang Jepang._. curhat dikit ya, sebenernya aku pengen masuk eksul bahasa Jepang Cuma gara-gara waktu itu keluar gak permisi-permisi jadi malu nih mau masuk lagi .-.

Tau gak judul cerpen ini sebenernya di tujuin buat Misaki walaupun diambil dari sudut pandang Sakura, soalnya kalau judul sama sudut pandang diambil dari Misaki gak mungkinkan cowo lebay-lebayan -_- makannya aku ngambil dari sudut pandang Sakura, kan cewe biasa tuh lebay lebayan .__.

Tapi ilham yang datang untuk ide ini lucu juga, gara-gara keingetan Mint dan keingetan temen sekelas  yang suka basket *eh #BOHONG #JANGANDIPERCAYA.__. Curhat dikit lagi ya, jujur nih aku masih bingung mau ngasih nama samara apa yang cocok buat anak satu itu, kan gak mungkin neybutin merk *eh

Tapi bener nih, biasanya cerpen yang aku buat ini bener-bener dari hati *ciee-_-
Dan well terciptalah cerpen dari penulis amatir ini, butuh saran dan kritik nih buat kemajuan penulis. Makasih buat yang udah baca. Makasiiih banget.
Jangan lupa follow blog aku atau engga twitter aku di @shyfanurfa ._. sekali lagi makasih ! arigato gozaimastu ! dadah *tring *ngilang.

Warmy  
cipaaw

3 komentar:

  1. shyfa, aku cuma mau ingetin kalimat setelah tanda petik itu harus menggunakan huruf kapital.
    Dan jgn lupa tanda baca sebelum tanda petik.

    ex :
    “aku ingin kau mengatakan apa yang kau rasakan terhadapku” ucapku sejelas-jelasnya.

    ralat menjadi :
    "Aku ingin kau mengatakan apa yang kau rasakan terhadapku,” ucapku sejelas-jelasnya.

    haha ... gak penting bgt ya omongan aku :D
    shyfa, I like this story. Cerita sederhana yg dikemas secara menarik. Keren! Kalopun ada sedikit typo, itu wajar.

    kapan2 ajarin aku, ya? *ting

    BalasHapus
  2. huehehe iya iya seperi biasa EYD aku ancur wkwkwk. jadi malooo. makasih sarannya itu sangat amat membantuuu :D

    dan typo apa itu typo ? :o *pletak

    BalasHapus
  3. Cerpennya baguuusss. :D
    Shyfa cepetan gih bikin lagi, nanti kirimin deh ke Mago. Biar bisa dilihat sama teman2 yang lain cerpennya. :D

    BalasHapus