Kamu,
seseorang yang beberapa bulan lalu tidak penah sekalipun
terpikirkan masuk menjadi list utama doa
ku.
Kamu, seseorang yang beberapa bulan yang lalu tidak
pernah sekalipun tersirat akan menjadi bagian dari setiap tulisanku, bagian
dari setiap curahan asaku.
Untuk kamu..
Seseorang yang ku curi, beberapa bulan lalu.
*
Hay, kabut..
Aku datang lagi, kali ini tidak membawa certa baru,
aku hanya ingin menulis di sela-sela
rasa kantukku, entah mengapa malam ini aku merasa ada sesuatu yang begitu mengganggu.
Ah ya, perlukah aku menanyakan bagaimana kabarmu ?
sepertinya tidak, sepertinya tidak perlu, karena setiap saat aku selalu
mendoakan keadaanmu. Egoiskah aku jika berfikir bahwa itu sudah lebih dari
cukup untuk membuatu baik-baik saja ?
Hey, kabut..
Ini sudah September, bunga-bunga sudah melayu. Daun
berubah coklat karena terik matahari, namun aku rasa beberapa hari lagi mungkin
hujan akan turun setiap pagi, kenapa ? bukankah musim sudah tidak bisa di tebak
? seperti aku dan kamu.
Sekarang aku mengerti, mengapa rasa kantuk ini
terkalahkan lantas aku lebih memilih menyaurkan tulisanku. Aku teringat kamu.
Atau lebih tepatnya, kamu tidak pernah mau pergi dari fikiranku.
Ada hal yang menggangguku hingga sekarang, tuan
perahu kertas, tidakah kamu merasa bahwa ini baik ? Mungkin hanya ada beberapa
orang yang mengerti kita, mengapa dulu kita terasa berbeda, lantas saat ini
kita bersama. Lalu bagaimana dengan dia ? seseorang yang tanpa sadar tengah
memintamu kembali.
Tuan, ada hal yang menggangguku hingga sekarang,
mungkin ini hanya rasa keegoisanku saja,
mungkin ini hanya rasa ketakutanku akan kehilangan kamu. Lantas apa rasa
itu salah ?
Mungkin jawabannya iya. Iya, karena dulu aku sempat
mencuri kamu.
Atau jawabannya adalah tidak. tidak, jika kamu lebih
memilih aku.
Keduanya nampak sama, artinya kita memang salah,
namun mau bagaimana ? aku sudah terlanjur memberikan segalanya, bahkan di saat
itu.. saat hujan mengguyur kita berdua untuk pertama kalinya. Saat kamu
mengantarku pulang dengan badan basah kuyup, saat kamu masih bersama gadismu
dan aku juga masih di sisi pemuda-ku.
Aku tidak ingin menyalahkan waktu, apalagi perasaan
yang muncul ragu-ragu. Namun, tidakkah kamu pernah merasa bahwa kita ini..
Ah sudahlah, aku akan berusaha tidak peduli..
Aku akan menutup mataku, menutup telingaku, berharap
tidak lagi melihat dan mendengar dia menyerukan namamu untuk kembali. Berharap
sepenuh hati kamu tidak menoleh lantas membiarkan aku sendiri..
Egoiskah aku jika aku berharap kamu masih dan akan
selalu bersedia bermain gitar di hadapanku, memetik senar demi senar diiringi
suara merdu milikmu.
Aku berharap kamu masih dan akan selalu bersedia mengantarku
pulang walaupun badanmu basah kuyup.
Aku berharap kamu masih dan akan selalu bersedia
mengirimiku gambar dan puisi indahmu sebagai hadiah kecil kita.
Aku…
Aku masih dan akan selalu berharap kamu tetap menjadi
bintang di ujung senja. Tetap jadi kabut yang hanya muncul untuk aku. tetap
jadi pangeran kuda putih yang terlalu nyata untuk hidup di setiap jengkal
fikiranku. Tetap jadi kamu.…
Selamat, 19 september, Sayang.
Dari aku.
Seseorang yang telah mencuri kamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar