Kutulis dalam
kendaraan yang berderu lambat.
Semuanya diam.
Terlalu malas untuk bicara, mungkin karena sepuluh jam berada di perjalanan membuat
seluruh keluargaku kelelahan.
Hujan yang
kami jumpai pagi ini membuat kaca mobil berembun. Seruan suara pendingin udara
membuat kesunyian serta merta tercipta.
Kutulis dalam
kendaraan yang berderu lambat.
Saat aku
melihat sesosok gadis tengah meraup. Memilah.
Mana yang sekiranya berguna.
Padahal hujan menyentuh ujung-ujung rambutnya.
Membuat kepala nya basah.
Ia menengadah.
Menatap atap yang tidak mungkin bisa ia raba.
Mungkin udara
terasa panas di tubuhnya.
Mungkin haus
tengah menggerogoti tenggorokannya.
Tapi ia
tidak punya pilihan.
Tetap meraup
dan memilah.
Adalah satu-satunya
jalan yang ia punya.
Itu jalan
yang bisa membuatnya bernafas sampai tak ada lagi yang tersisa.
Kultulis dalam
kendaraan yang berderu lambat.
Mereka yang
diluar sana bisa bertahan. Mengapa aku yang serba hidup dengan kemewahan masih
saja berkeluh kesah ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar