*
Sebelum baca perhatikan tulisan cetak miring, itu berarti si
pelaku lagi ngomong dalem hati. Oke selamat membaca *kalau ada yang baca*
***
Short Story – Edelweis, aku menyukaimu~
***
“hey ! kau sedang apa ?”
“kau lihat aku ? memangnya aku sedang apa ?”
“ih kau menyebalkan sekali”
“…”
*
Teruntuk edelweis, teh hijau yang
belakangan ini meracuni otakku.
Awalnya aku benar-benar melihatmu dengan sebelah mata,
mengganggap mu hal yang tak penting dan biasa-biasa saja, namun akhir-akhir ini
Aku munyukai semua caramu, apapun itu, sikap dinginmu, pandangan tajam matamu
bahkan sifatmu yang angkuh,
iya kini aku tahu.
*
Seperti
magnet, aku segera duduk mengambil posisi tepat di depannya, suasana taman
sekolah yang mulai sepi memang sangat menyejukan, tentu saja dengan beberapa
pohon besar yang mengelilingi taman itu benar-benar menambah aksen sejuk.
Lama kami
hanya terdiam sibuk dalam fikiran masing-masing. Entahlah, aku sebenarnya tidak
sedang melakukan apa-apa kecuali menikmati pandangan kosong pemuda di hadapanku
ini, mengamati kedua danau bening yang selalu menatap lurus dan dingin, ah dan
ini yang paling ku suka aku suka melihat rambut agak ikal yang jatuh membingkai
di rahang kokohnya di mainkan oleh anak-anak angin.
sementara
yang menjadi objek sasaran malah asik melamun dengan gitar di pangkuannya.
Setelah
beberapa saat berlalu akhirnya aku memecah keheningan.
“ayoo
mainkan gitarnya !” ujarku, pemuda itu menatapku dengan alis yang terangkat,
seperdetik kemudian ia memalingkan wajahnya dan kembali diam.
“ayoo..
sebentar lagi bel berbunyi !” ulangku lagi, dan kini usahaku berhasil.
Jari-jari
itu mulai memetik senar menciptakan sebuah nada yang sederhana namun terdengar
indah, nadanya bersatu dengan udara, lembut namun tegas mulai menggelitik
telingaku, aku terdiam benar-benar hanyut dalam suara dan petikan harmoni yang
ia ciptakan sebentar aku menutup kelopak mataku, harus ku akui ia hebat jika
sudah bertemu dengan alat music yang satu ini.
*
Hai edelweiss, kenapa aku menyebutmu
begitu, mungkin karena kau sulit di rengkuh sama seperti bunga edelweiss. Kau
tahu ? Bunga edelweiss berada jauh di pegunungan Jika kau ingin menikmati
keindahannya kau harus berkorban terlebih dahulu, benar begitu kan ?? dan kini
aku sudah berkorban, ah bukan berkorban mungkin bertaruh aku mempertaruhkan
seluruh hatiku. Jadi bagaimana edelweiss apa aku boleh menikmati keindahanmu ?
*
aku mendongkakan
kepala, ia berhenti bernyanyi. Aku mengerutkan alis dan nampaknya ia
menyadarinya bahwa aku ingin bertanya mengapa. Lalu detik berikutnya ia
mengangkat ujung bibirnya, dan mulai memainkan sebuah intro yang tak ku kenal.
“ini lagu
siapa ?” tanyaku polos, ia menatapku tapi tidak menjawab, lagunya mulai
memasuki reff menurut pendengaranku lagu ini seperti lagu biasanya bertema-kan
rasa cinta juga perjuangan, namun karena ia yang menyanyikannya aku merasa lagu
ini berbeda dengan lagu-lagu biasanya.
Petikannya
pun berhenti aku menatapnya puas lalu bertepuk tangan singkat.
*
Aku suka caramu, aku suka caramu
menghangatkan hatiku, membuatku merasa lebih baik, sama seperti setelah aku
minimum teh hijau. Kau tahu edelweiss ? the hijau itu rasanya pahit namun kau
tahu kafein yang terkandung disana sangat banyak, sama seperti mu kafein itu
cintamu. Aku yakin kafein-mu jauh lebih banyak, dari yang kuduga, dan pada saat
aku memerlukan itu, aku harap dengan senang hati kau mau membaginya.
*
“hebat”
pujiku sambil terus tersenyum.
Ia
menunduk lalu berujar “itu lagu -band- ku yang baru, dan baru ku tunjukan
padamu”
aku yakin
setelah aku mendengar kata-katanya tadi pupil mataku melebar, ada debaran liar
yang tiba-tiba kurasakan, ada bagian dari diriku yang terasa begitu hangat .
Sebenarnya apa ini ? sebenarnya apa yang di lakukan orang ini padaku ? karena
yang ku tahu dari Seseorang di hadapanku ini adalah suaranya bisa membuatku
merasa… begitu nyaman.
*
Edelweiss ada yang harus kau tahu, kau
selalu berhasil membuatku nyaman saat berada di dekatmu, kau selalu berhasil
membuatku merasa lebih baik, edelweiss kau bisa saja sedingin es, namun kau
sangat menyejukan seperti mint.
Edelweiss kau memang bukan yang paling
istimewa tapi kau yang menyempurnakan segalanya, kau menyempurnakan semua
bagian dariku.
*
Aku tak
bisa menahan senyum , samar-samar aku memperhatikannya dari ekor mataku ku
lihat ia membuang nafas lalu menaruh gitar tepat di sampingnya. Setelah itu ia
merogoh saku celananya dan mengeluarkan handphone, dan detik berikutnya ia
sibuk dengan gadget mahalnya. Setelah memasukan kembali handphone nya kami
kembali terdiam.
“sungguh ?”
Tanyaku, ia menatapku sekilas lalu mengangguk. Aku tersenyum puas.
“bernyanyi
lagiii” rengekku sambil menarik ujung lengan bajunya menatapnya penuh harap.
“kau ingin
aku bermain lagu apa ?” tanyanya aku hampir saja terlonjak senang, saat ia
menarik gitarnya kembali ke pangkuan dan mulai memetik beberapa nada.
“bagaimana
dengan so far away ? aku suka lagunya, apalagi jika kau yang menyanyikannya”
tuturku, kulihat matanya membulat.
“aku tidak
percaya ada gadis yang menyukai lagu seperti itu” ia tersenyum miring.
“kau
mengejekku ?” ucapku kesal,
sungguh aku kesal padanya, aku baru saja memujinya dan kini lihatlah ia malah
mengejekku seenaknya. Menyebalkan.
“hahahaa..baiklah
jangan seperti itu, ayo bernyanyi bersama..” ia terkekeh sebentar lalu mulai
memetik nada, untaian nada-nada ini benar-benar menjadi saksi bagaimana ia
menjadi kisah sempurnaku.
*
Edelweiss.. Ini mungkin sudah sangat
jelas, tapi biarkan aku mengucapkan kata itu, aku juga ingin mencoba
mengatakannya seperti orang lain mengatakannya padamu, kau tahu..
Edelweiss, aku menyukaimu.
****THE
END*****
Halooooo :O
saya come back again :D ini cerpen tersingkat yang pernah saya buat, Cuma dalam
waktu 2 jam. Wkwkwk biasa kalau kepikiran sama mint inspirasi jalan terus,
apalagi suasana lagi pas banget, hujan. Siapa yang gak galau coba ?
Ini cerpen
pasti ancur, terlebih aku gak nyunting ulang daaan aku udah lama fakum sama
tulis-menulis. But, well, this is it. Shyfa’s short story. Makasih banget yang
udah baca bahkan sempet mengomentari kritik dan saran sangat di butuhkan demi
kemajuan cara menulis saya, anyway thanks.
Salam donat
imut !
@shyfanurfa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar