Halooo oktober
!! selamat dataaang !!
Dadah September
ketemu lagi tahun depan yaaaa.
Berhubung udah
awal bulan nih, aku mau ngepost tentang bunga edelweiss dulu yaaa. Kenapa ?
karena tadi baru ajaa edelweiss alias mint alias *piiip* abis jadi petugas
upacara looo XD
Jadi apa sih
edeilweiss ? yuuuk liat.. semoga bermanfaat yaa :D
Edelweis, sebuah
tanaman eksotik dan endemik khas daerah alpina atau montana. Tanaman dari
family Asteraceae tumbuh dan
berkembang di daerah pegunungan dengan iklim yang dingin dan pada ketinggian
diatas 2000mdpl. Hampir semua pegunungan ditumbuhi Edelweis. Beragam spesies
muncul sehingga menciptakan keragaman yang menarik. Dari morfologi bunganya
saja, terlihat ada Edleweis berwarna putih, ungu dan kuning, dan masih ada lagi
mungkin di tempat lain. Anphalis Javanica, adalah Edelweis yang
banyak di jumpai di pegunungan pulau Jawa.
Beragam istilah
muncul untuk menyebut nama tanaman eksotis ini. Ada yang menyebut sebagai bunga
keabadian, ketulusan dan perjuangan, dan masih banyak lagi intepretasi yang
lain. Disebut bungan keabadian, karena bunganya yang terus awet dan berada
dipuncak gunung sebagai simbol keabadian. Lambang ketulusan, karena Edelweis
tumbuh di daerah yang khusus dan ekstrem, sehingga seolah menerima keadaan apa
adanya tanpa menuntut kondisi yang mengenakan. Bunga ini juga mengandung arti
sebagai lambang perjuangan, karena bunga ini tumbuh ditempat yang tandus,
dingin, miskin unsur hara dan untuk mendapatkannya harus bersusah payah mendaki
gunung.
Karena demikian
hebatnya bungai ini, membuat mereka yang mengaku pecinta alam atau penggiat alam
bebas berusaha mengabadikan bunga tersebut bahkan harus rela memindahkan
habitatnya walau hanya setangkai bunganya saja. Di beberapa tempat wisata,
Edelweis menjadi barang dagangan yang cukup menjanjikan karena banyak diburu
mereka yang tak sanggup memetik di gunung. Saking laris manisnya, maka
eksploitasi Edelweis dilakukan penduduk untuk di perdagangkan. Tidak berbeda
jauh dengan tangan-tangan jahil penggiat alam bebas, walau tidak melakukan jual
beli Edelweis, tetap saja mengambil tanpa memikirkan dampaknya. Memetik tanpa
menanam, begitulah yang terjadi dan kenyataannya demikian. Entah sampai kapan
prilaku tersebut akan berhenti, apakah menunggu kesadaran masing-masing pribadi
atau setelah bunga keabadian tersebut habis dari habitatnya.
Mungkin bagi kita
yang memiliki kesadaran akan arti penting Edelweis yang terancam oleh
tangan-tangan jahil, tidak usah terlalu risau. Mungkin jika mata kita jeli,
maka tanpa bersusah payah akan menemukan bunga keabadian tersebut. Tentu saja
ada aturan main, dan menaati aturannya sebelum bertemu dengan bunga eksotik
tersebut. Jangan berpikir, Edelweis hanya tumbuh pada stratifikasi vegetasi
tertentu, yakni montana atau alpina yang terletak hampir di puncak gunung.
Tetapi bunga ini, bisa di temui di tempat-tempat tertentu dan spesifik sesuai
dengan habitat aslinya. Mari arahkan mata dan pandangan kita untuk sejenak bisa
menikmati Anaphalis Javanica. Jangan mengambil atau
merusak, cukup nikmati dan abadikan lewat gambar agar semua orang bisa
menikmati.
Di Jalan Lingkar
Salatiga, di sekitar kanan kiri bekas galian untuk jalan, banyak sekali di
tumbuhi Edelweis. Edelweis merupakan tanaman perintis dalam suksesi lahan. Pada
awalnya lahan yang di pangkas menjadi tebing-tebing yang curam, serta terlihat
lapisan-lapisan tanahnya. Nampak tanah lapisan atas yang berwarna kecoklatan,
lalu tanah liat “clay” kemudian tanah
berpasir, berkerikil dan berbatu. Irisan tanah secara vertikal ini menyulitkan
beragam tumbuhan untuk hidup, dan hanya tanaman pioner saja yang mampu tumbuh
dan berkembang disana. Ibarat lahan tandus, makan beberapa tanaman perintis
yang mampu tumbuh, seperti; paku-pakuan, lumut, rerumputan dan Edelweis adalah
salah satunya.
Edelweis adalah
tumbuhan perintis di tanah vulkanik yang tandus, bebatuan pegunungan dan lembah-lembah.
Keistimewaan Edelweis adalah mampu hidup dalam media yang miskin unsur hara,
karena tanaman ini bersimbiosis dengan mikoriza. Mikoriza adalah jamur yang
berasda di perakaran yang bertugas menambat Nitrogen dan dekomposisi materi
organik. Dari peran Mikoriza tersebut Edelweis mendapatlan nutrisi, sehingga
mampu hidup ditanah tandus sekalipun. Lahan yang dipangkas vertikal menjadi
habitat yang cocok untuk Edelweis, sehingga banyak ditemui di tebing-tebing
curam disepanjang Jalan Lingkar Salatiga. Dengan perakaran yang kokoh dan mampu
menembus celah-celah bebatuan memungkinkan Edelweis mampu hidup ditempat-tempat
yang sudah dijangkau.
Menjadi
pertanyaan sekarang adalah darimana asal Edelweis ini, apakah ada yang menanam
atau tumbuh dengan sendirinya. Family Asteraceae memiliki karangan bungan, dan
menghasilkan banyak sekali bunga generatf. Oleh angin, serbuk-serbuk bunga yang
berisi bungan-bungan generatif di terbangkan dan disaat mendapat media yang
tepat akan tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan Edelweis tergolong cepat, walau
hanya memiliki tinggi 1 meter, akan menghasilkan bunga-bunga generatif yang
melimpah. Di daerah yang sama sekali tidak terusik, seperti pegunungan Edelweis
mampu tumbuh hingga 8m dan dengan batang yang kokoh.
Dari kajian
ekologis, Edelweis memiliki peran sebagai pioner dalam revegetasi dan suksesi.
Menjadi tanaman pertama yang tumbuh dan menghasilkan unsur-unsur hara sebagai
media tumbuh tanaman lain. Selain tanaman perintis, Edelweis menjadi “cover corp” atau tanaman penutup yang mempu menahan hempasan air hujan dan laju
permukaan, sehinga meminimalkan resiko erosi. Disisi lain, banyak serangga yang
hidup didalam bunga untuk sekedar menghisap nektar atau berlindung didalam
rimbunya dedaunan.
Jangan mengira
Edelweis di Jalan Lingkar Salatiga seperti yang ada di gunung-gunung. Jalan
Lingkar Salatiga dengan ketinggian dari permukaan laut sebesar 670m berbeda
dengan Edelweis di ketinggian diatas 2000mdpl. Faktor lingkungan seperti,
ketinggian, suhu, cahaya, nutrisi, kelembapan dan lain sebagainya berpengaruh
terhadap pertumbuhan Edelweis. Di lokasi yang bukan habitat aslinya, Edelweis
akang mengalami gangguan pertumbuhan. Di lokasi tersebut, Edelwesi terlihat
dengan daun dan bunga yang tak serimbun di pegunungan, dan terkesan kurus. Namun
adanya pembatas faktor lingkungan tak menghalangi Edelweis untuk tetap hidup,
yakni dengan beradaptasi walau dengan pertumbuhan yang tidak normal. Sungguh
perjuangan yang tidak mudah bagi Edelweis agar tetap hidup dilingkungan
barunya. Yang menjadi ancaman, bukanlah kondisi lingkungan, tetapi yang
ditakutkan adalah ulah tangan jahil yang tidak bertanggung Menjadi pertanyaan
sekarang, bisakah kita menjaga dan mengapresiasi tanaman eksotis tersebut.
Jangan gara-gara dengan embel-embel bunga keabadian lantas memetik dan
mempersembahkan kepada kekasih, percumah tak ada yang abadi kecuali bunga
plastik yang perlu ratusan tahun agar terurai. Naif juga jika memetik Edelweis
sebagai wujud ketulusan cinta, sebab Edelweis sudah lebih tulus dari cinta
siapapun, sebab dia rela menjadi yang pertama untuk sebuah kehidupan. Jangan
tanyakan tentang perjuangan untuk Edelweis, karena bunga ini harus benar-benar
survive agar mampu menjadi yang pertama dalam suksesi dan revegetasi. Bijak
sekali juga kita bisa belajar dari Edelweis Jawa ini bagaimana tentang
keabadian, ketulusan dan pengorbanan, baik kepada orang terkasih, sesama dan
alam ini, seperti yang ditunjukan Edelweis dalam habitatnya.
keren.. :)
BalasHapus