Daisypath Happy Birthday tickers

Daisypath Happy Birthday tickers

Senin, 29 Oktober 2012

kau begitu menyukainya kan ? (cerpen)


Hembusan angin laut laut mulai menerpa,  deburan suara ombak dengan harmonis memecah karang-karang yang menjulang tegar, memaksa burung-burung camar segera kembali ke sarangnya, memaksa ku untuk tetap diam dan membisu, memaksa  waktu membiarkan segalanya terasa begitu sulit.

bagaimana keadaan Asuna-chan ? aku bertanya, Kau menatapku sebentar tanpa suara, namun dari tatapan itu aku mengerti seberapa besar kau telah berkorban.


Aku baru saja mendapat kabar duka, atau entahlah menurutku ini kabar apa. Tapi setelah mendengar bahwa Asuna-chan masuk rumah sakit, fikiranku tertuju padamu. Dan kini aku tengah duduk di sampingmu, diatap rumah sakit yang langsung tertuju pada laut.


Lalu setelahnya kau mendesah panjang, aku tahu itu adalah sebuah tanda, namun lagi-lagi tidak ada yang ku lakukan selain menatapmu nanar, penuh asa.


aku berharap ia baik-baik saja.. setelah ratusan detik terlewat akhirnya kau berujar penuh dengan keresahan, aku lagi-lagi hanya bisa menatapmu  lalu mencoba menyunggingkan senyum.


walau aku tidak yakin kau baik-baik saja. Ujarku pelan, namun sepertinya kau mendengarnya,  hitungan seperdetik kemudian kau tengah menatapku dengan alis sedikit dinaikan.


kau tadi biacara apa ? tanyamu. Aku mengerejap. Sepertinya aku telah salah bicara.


uh.. umm tidak ada aku membuang muka, tidak ingin memperlihatkan ke


Asuna-chan gadis yang kuat, aku yakin ia akan segera pulih lanjutku sambil berbalik ke hadapmu.


Namun saat itu kau tidak menatapku. Sambil menunduk kau berujar lagi-lagi dengan suara yang lemah. dan tentu saja aku membencinya- tentu saja dengan Tatsuya-kun di sampingnya..


Aku tidak terkejut saat nama kakak di sebut, aku menatapmu berharap menemukan secercah keceriaan yang selalu kau tunjukan di hadapan Asuna. Seketika pandangan kita bertumbuk. Aku melihat dengan jelas kesakitan disana, tatapan yang entah sejak kapan sering sekali ku lihat di matamu kini. tanpa sadar aku menelan ludah. Jika saja ini bukan keegoisanku..


kakakmu akan menjaga Asuna dengan baik


Kau juga berhasil menjaga perasaanmu dengan baik, hatiku membatin, aku tidak melepaskan pandanganku darinya. Dari jarak ini aku dapat melihat garis wajahmu dengan baik. Keberanian. Keceriaan. Kelembutan. Semua itu hampir terhapus dengan Garis wajah keputus asaan. Semuanya, selalu sama denganku.

bersama Tetsuya-kun ia terlihat begitu bahagia


Kau juga begitu bahagia saat di dekatnya lagi-lagi aku membatin aku menunduk dan tersenyum. kali ini berhasil mengalihakan padanganku darimu. Semakin kau  melanjutkan, semakin menambah telingaku terasa sakit. Menambah denyutan di hatiku terasa begitu hebat.


aku begitu menyedihkan. Menyukai seseorang yang tak mungkin melihatku


Aku juga. Mencintaimu dengan keegoisanku akhirnya aku menyerah, menatapmu penuh harap.walau aku yakin kau tak mungkin melihatku jika kau masih sibuk melihat orang lain.

Aku kemudian dengan segenap keberanian menarik tanganmu, menaruhnya diatas telapak tanganku yang lain.


aku minta maaf. Ini semua salahku akhirnya hanya kata-kata itu yang keluar dari mulutku. Aku menunduk sambil terus menggenggam tanganmu.


Jika saja aku tidak mencoba mendekatkan kakak dengan Asuna, jika saja aku lebih cepat tahu jika kau benar-benar mencintai Asuna, dan itu membuatmu bahagia, jika saja aku tidak bertemu denganmu atau bertemu dengan Asuna, mungkin kau tidak akan semenderita ini, mungkin kau.. tidak akan menjadi korban dalam cerita ini.


Tanpa di duga kau menaruh tanganmu yang lain, menumpuknya dengan punggung tanganku.

tidak. ini bukan salah siapapun aku menegadah, memberanikan diri menatap matamu, dan kau tersenyum. Dan saat itu hariku benar-benar terasa hangat, ini pertama kalinya kau bicara seperti itu padaku.


Walaupun begitu Aku tetap menggeleng. Rasa hangat itu terlalu kalah dengan rasa bersalahku padamu. Dan saat itu satu tetes jatuh di pipiku, sepertinya kau juga terkejut.


kenapa kau menangis ? lusa adalah hari membahagiakan untuk Kakakmu dan Asuna ucapmu sambil menyentuh puncak kepalaku. aku tahu kau berusaha menenangkanku, namun pada kenyataannya aku tahu kau sangat menderita saat mengatakan hal itu. dan itu semakin membuatku merasa bersalah.


Akhirnya detik itu juga semua pertahananku runtuh. Aku menangis, ah bukan. Kita berdua menangis, walau pada kenyataannya kau hanya menarikku dalam pelukmu, dan tidak lagi mengeluarkan sepatah katapun, kita menangis. menangisi keegoisanku. Dan menangisi hatimu yang terlanjur luluh.


Mungkin hampir seperempat jam kemudian, setelah aku benar-benar tenang. Kau menatapku. Tanpa melepaskan rangkulanmu


sudah merasa baikan ? tanyamu sambil tersenyum.


Aku mengangguk. Menatap  Matahari yang mulai berkemas, Nampak para nelayan sudah mulai naik ke perahunya masing-masing, beberapa dari mereka sudah pergi jauh ke tengah laut. Aku menatap langit yang mulai berselimut warna biru dan ungu, tidak lagi jingga seperti beberapa saat yang lalu.


apa itu dari Takaki-san ? Tanyamu saat aku menutup percakapan di telepon genggamku. Aku mengangguk.


Asuna-chan sudah sadar aku memasukan telepon genggamku.


baiklah ayo temui mereka.. kau bangkit, tanpa melepaskan genggaman tanganmu kau menarikku pelan, mengikuti langkah-langkah kakimu yang lebar.


**the end**


Warmy

@shyfanurfa


Tidak ada komentar:

Posting Komentar