Sepucuk surat untuk Edelweiss
(bagian lain dari hatiku)
**
Edelweiss hari ni hujan.
Selaksa langit menjadi abu-abu. Tidak
ada yang menarik memang, hanya umulan awan gelap yang berenang lambat diriakan
langit lantas berubah menjadi partikel-partikel air.
Yaa.. tapi aku selalu menyukainya.
Sayangnya, hujan kali ini berbeda,
ada yang berubah disini. Di dalam pikiranku, hujan kali ini hilang makanya,
berganti sebuah Tanya yang entah dimana akan ku temukan jawabannya.
Edelweiss, hidup itu pilihan. Benarkah
?
Lantas bagaimana dengan aku ?
Suara dan tawamu, aku belum (atau
bahkan mungkin tidak akan pernah) bisa memilih yang mana diantara keduanya,
yang paling ingin aku dengar.
Edelweiss, hidup itu pilihan.
benarkah ?
Lalu bagaimana dengan aku ?
Senyum dan matamu sampai detik ini
bergulir, aku juga tidak bisa memilih mana diantara keduanya, yang paling kusukai.
Edelweiss, hidup itu pilihan.
Benarkah ?
Lantas bagaimana dengan aku,
edelweiss ?
Boleh aku memilih membencimu ?
Hidup itu pilihan ? jika benar,
sungguh aku tidak akan memilihmu, sungguh, aku tidak akan memilih menaruh hati
pada orang yang bahkan tidak mengulur satu tanganpun untuk menyambutnya.
Edelweiss hujannya berhenti, dan
pertanyaan-pertanyaanku biar anak-anak angin yang membawanya serta mungkin hanya
akan sia-sia, terselip diantara pucuk-pucuk angsana atau menguap bersama udara
kecuali jika Kamu mau menuliskan jawabannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar