sepucuk surat
untuk edelweiss.
-Untuk terakhir
kali.
Edelweiss,
kita berjumpa lagi ! bagaimana kabarmu ?! baru beberapa hari ini aku
mengirimimu surat, dan mungkin kedatangan ini adalah yang terakhir. Iya. Aku harap
yang terakhir.
Hujan masih
tetap berdenting di luar sana, tanah masih saja basah, dan kau masih tetap
meracuni udara. Edelweiss hari ini aku
ingin menyampaikan sesuatu, ah bukan, edelweiss hari ini aku ingin
mengembalikan seutas janji yang pernah ada dan terpatri lama di hati, walau aku
yakin kau tidak menginginkannya kembali.
Edelweiss,
hari ini hari yang begitu bahagia untukku, ada banyak kupu-kupu yang
mengepakkan sayapnya di perutku, ada banyak setruman kecil yang semakin hari
semakinaku nikmati, Edelweiss saat ini aku tengah berjalan meninggalkan jejakmu
–lagi. Itu tidak apa-apa kan ?
Mentari
sore bulan ini sudah mulai menghangat walau di ujung senja tak luput dari
rintikan hujan, Edelweiss, aku.. aku ingin bahagia, namun bukan dengan mu, itu
tidak apa-apa kan ?
Bukan karena
menunggu mu lantas aku merasa lelah, namun ada keyakinan kecil disini yang
menyeruak dan menyadarkanku. Kau akan bahagia, dan aku juga harus bahagia.
Edelweiss ia
datang lagi hari ini, membawa sebongkah pazel yang entah mengapa aku yakini
akan abadi, ia menawarkannya dengan senyum merona, ia memberikannya dengan
tatapan teduh yang menyejukkan, walau aku tidak pernah mengenalnya sebelum ini,
ah itu juga tidak apa-apa kan ?
Angin mulai
menyentuh pori-poriku malam ini, dan semuanya masih terasa seperti setahun
lalu, namun ada yang begitu berbeda kali ini. Aku.. aku merasa lengkap. Namun,
bukan denganmu. Apa itu tidak apa-apa ?
Edelweiss,
dia sepertinya berhati lembut, entah sejak kapan aku menyimpulkannya begitu, ada
banyak hal yang tidak ku ketahui darinya, tidak sepertimu. Namun dengan begitu
ada banyak alasan juga untuk aku semakin mengenalnya, bukan begitu ?
Teduh. Edelweiss
dia teduh, dia subuh, dia menyejukan, tapi tidak membekukan. dia berbeda jauh
denganmu, ah tentu saja, setiap hal memiliki keistimewaan. Bukan begitu ?!
Edelweiss
hari ini, detik ini aku kembali berterimakasih padamu, kau adalah hal yang
penting, namun aku yakin bisa ku lupakan, namun dia sekarang, adalah hal yang
jauh lebih penting dan lebih utama. Aku.. bolehkan aku bahagia tidak denganmu ?
boleh kan ? izinkan aku, melupakan segalanya tentang mu.
Edelweiss hari
ini aku akan melangkah menjauh dari jejak yang pernah kau tinggalkan, menaruh
lagi bongkahan hati yang pernah terpasang dan berhenti untuk menunggu dan
menatapmu dari jarak ini, saat ini kurasa aku cukup lelah. Ya, Aku lelah.
Edelweiss..
Aku telah
bertemu bunga cantik lain, ia memang tidak dingin dan langka sepertimu, namun
aku.. suka saat menatapnya.
Aku telah menemukan gugusan bintang lain, yang
saat berada di naungannya aku tidak merasa takut tersesat dan takut lelah.
Aku telah
berkunjung ke rumah lain, mungkin tidak akan semegah milikmu, namun pintunya
terbuka dan membiarkanku beristirahat disana.
Edelweiss,
terimakasih untuk segalanya. Biarkan aku melupakanmu. Biarkan aku bahagia juga.
Semoga ini adalah surat terkahir yang akan kau baca. Dari aku dan hatiku.
kamis, 31 Januari 2013
shyfanurfa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar