Daisypath Happy Birthday tickers

Daisypath Happy Birthday tickers

Senin, 29 Oktober 2012

kau begitu menyukainya kan ? (cerpen)


Hembusan angin laut laut mulai menerpa,  deburan suara ombak dengan harmonis memecah karang-karang yang menjulang tegar, memaksa burung-burung camar segera kembali ke sarangnya, memaksa ku untuk tetap diam dan membisu, memaksa  waktu membiarkan segalanya terasa begitu sulit.

bagaimana keadaan Asuna-chan ? aku bertanya, Kau menatapku sebentar tanpa suara, namun dari tatapan itu aku mengerti seberapa besar kau telah berkorban.


Aku baru saja mendapat kabar duka, atau entahlah menurutku ini kabar apa. Tapi setelah mendengar bahwa Asuna-chan masuk rumah sakit, fikiranku tertuju padamu. Dan kini aku tengah duduk di sampingmu, diatap rumah sakit yang langsung tertuju pada laut.


Lalu setelahnya kau mendesah panjang, aku tahu itu adalah sebuah tanda, namun lagi-lagi tidak ada yang ku lakukan selain menatapmu nanar, penuh asa.


aku berharap ia baik-baik saja.. setelah ratusan detik terlewat akhirnya kau berujar penuh dengan keresahan, aku lagi-lagi hanya bisa menatapmu  lalu mencoba menyunggingkan senyum.


walau aku tidak yakin kau baik-baik saja. Ujarku pelan, namun sepertinya kau mendengarnya,  hitungan seperdetik kemudian kau tengah menatapku dengan alis sedikit dinaikan.


kau tadi biacara apa ? tanyamu. Aku mengerejap. Sepertinya aku telah salah bicara.


uh.. umm tidak ada aku membuang muka, tidak ingin memperlihatkan ke


Asuna-chan gadis yang kuat, aku yakin ia akan segera pulih lanjutku sambil berbalik ke hadapmu.


Namun saat itu kau tidak menatapku. Sambil menunduk kau berujar lagi-lagi dengan suara yang lemah. dan tentu saja aku membencinya- tentu saja dengan Tatsuya-kun di sampingnya..


Aku tidak terkejut saat nama kakak di sebut, aku menatapmu berharap menemukan secercah keceriaan yang selalu kau tunjukan di hadapan Asuna. Seketika pandangan kita bertumbuk. Aku melihat dengan jelas kesakitan disana, tatapan yang entah sejak kapan sering sekali ku lihat di matamu kini. tanpa sadar aku menelan ludah. Jika saja ini bukan keegoisanku..


kakakmu akan menjaga Asuna dengan baik


Kau juga berhasil menjaga perasaanmu dengan baik, hatiku membatin, aku tidak melepaskan pandanganku darinya. Dari jarak ini aku dapat melihat garis wajahmu dengan baik. Keberanian. Keceriaan. Kelembutan. Semua itu hampir terhapus dengan Garis wajah keputus asaan. Semuanya, selalu sama denganku.

bersama Tetsuya-kun ia terlihat begitu bahagia


Kau juga begitu bahagia saat di dekatnya lagi-lagi aku membatin aku menunduk dan tersenyum. kali ini berhasil mengalihakan padanganku darimu. Semakin kau  melanjutkan, semakin menambah telingaku terasa sakit. Menambah denyutan di hatiku terasa begitu hebat.


aku begitu menyedihkan. Menyukai seseorang yang tak mungkin melihatku


Aku juga. Mencintaimu dengan keegoisanku akhirnya aku menyerah, menatapmu penuh harap.walau aku yakin kau tak mungkin melihatku jika kau masih sibuk melihat orang lain.

Aku kemudian dengan segenap keberanian menarik tanganmu, menaruhnya diatas telapak tanganku yang lain.


aku minta maaf. Ini semua salahku akhirnya hanya kata-kata itu yang keluar dari mulutku. Aku menunduk sambil terus menggenggam tanganmu.


Jika saja aku tidak mencoba mendekatkan kakak dengan Asuna, jika saja aku lebih cepat tahu jika kau benar-benar mencintai Asuna, dan itu membuatmu bahagia, jika saja aku tidak bertemu denganmu atau bertemu dengan Asuna, mungkin kau tidak akan semenderita ini, mungkin kau.. tidak akan menjadi korban dalam cerita ini.


Tanpa di duga kau menaruh tanganmu yang lain, menumpuknya dengan punggung tanganku.

tidak. ini bukan salah siapapun aku menegadah, memberanikan diri menatap matamu, dan kau tersenyum. Dan saat itu hariku benar-benar terasa hangat, ini pertama kalinya kau bicara seperti itu padaku.


Walaupun begitu Aku tetap menggeleng. Rasa hangat itu terlalu kalah dengan rasa bersalahku padamu. Dan saat itu satu tetes jatuh di pipiku, sepertinya kau juga terkejut.


kenapa kau menangis ? lusa adalah hari membahagiakan untuk Kakakmu dan Asuna ucapmu sambil menyentuh puncak kepalaku. aku tahu kau berusaha menenangkanku, namun pada kenyataannya aku tahu kau sangat menderita saat mengatakan hal itu. dan itu semakin membuatku merasa bersalah.


Akhirnya detik itu juga semua pertahananku runtuh. Aku menangis, ah bukan. Kita berdua menangis, walau pada kenyataannya kau hanya menarikku dalam pelukmu, dan tidak lagi mengeluarkan sepatah katapun, kita menangis. menangisi keegoisanku. Dan menangisi hatimu yang terlanjur luluh.


Mungkin hampir seperempat jam kemudian, setelah aku benar-benar tenang. Kau menatapku. Tanpa melepaskan rangkulanmu


sudah merasa baikan ? tanyamu sambil tersenyum.


Aku mengangguk. Menatap  Matahari yang mulai berkemas, Nampak para nelayan sudah mulai naik ke perahunya masing-masing, beberapa dari mereka sudah pergi jauh ke tengah laut. Aku menatap langit yang mulai berselimut warna biru dan ungu, tidak lagi jingga seperti beberapa saat yang lalu.


apa itu dari Takaki-san ? Tanyamu saat aku menutup percakapan di telepon genggamku. Aku mengangguk.


Asuna-chan sudah sadar aku memasukan telepon genggamku.


baiklah ayo temui mereka.. kau bangkit, tanpa melepaskan genggaman tanganmu kau menarikku pelan, mengikuti langkah-langkah kakimu yang lebar.


**the end**


Warmy

@shyfanurfa


Rabu, 17 Oktober 2012

Happy Birthday~


Minggu ini asli ajaib !! yang ultah tuh banyaaak benget dan mereka itu berarti buat aku karena merekaa.. ajaib._.
selamat ulang tahun 
ini asli buatan aku loooo

Sebelumnya aku mau ucapin selamat ulang tahun dulu buat ex-classmate @ChrisanBimo si fotocopy-annya ka Muftiii selamat mengulang tanggal 15 oktober ke 16 kaliiiii, semoga semakin soleh, sehat, dan keceh ya. Tetep jadi bunganya dia yaa.

Maaf ya ngucapinnya telat lagian aku ngucapin atau engga ga ngaruh kan sama kamuh kakah ? hahaha

Oh yaa terus kemaren , Kemaren tanggal 17 oktober, cimicimi @OctaviaSilviana ultah ke 16 !! selamat ulang tahun cipiiiiiw :D


Semoga panjang umur, sehat selalu, apa yang kamu cita-citakan tercapai , pokoknya makin ++ deh, oh ya jangan suka bully-bully aku lagi yaa :D

Kemaren kita ngadain kejutan kecil gitu buat cipiw, tapi gagal -_- soalnya dia ga nyampe nangis banget,  harusnya dia ampe nangis kejer guling-guling di tengah lapangan. Ah sial -_- 
cipiwnya nangiss

tapi ga papa lah, yang penting aku dapet kue ultahnya :D
kuenya cipiw enak yaa


Udah gitu, nanti tanggal 20 oktober hari sabtu nanti classmate @aemizan ultah ke 16 jugaa yeee!! Happy birthday miJaNN ci atLiet Ba5keTzzz The3aaA !!! Tuh tuh aku jadi orang pertama yang kasih ucapan sama mijan wkwk. oke jaan Semoga semakin sholeh ya, semakin pinter, semakin baik, dan semakiiin bahagia oh ya jailnya jangan ilang yaaa wkwkwk.


hadiah ultah mijan
Tapi dari semua itu, aku ko agak sedih ya ? -_- mereka udah pada nyampe 16 aku kira-kira nyampe ga ya ? aduuuh -_- tapi tapi kalau di fikir-fikir lagi I wanna be forever young deh biar ga usah mikirin gimana ribetnya kalau jadi dewasa *loh
Ya sudah laaah intinya, selamat ulang tahun buat kalian semua !! semua doa terbaikku untuk kalian (ˇˇʃƪ)



Warmy
@shyfanurfa


Kamis, 11 Oktober 2012

Dear You -Short Story made Us- bagian 6


Dear you part VI
(part sebelumnya ada di blog temen aku My World :D)
*


Revan – sekarang-


Detik demi detik berlalu, Entah mengapa, beberapa pekan kebelakang ini aku tidak bisa tidur, ah bahkan untuk memejamkan mata saja sepertinya aku tidak sanggup.


Aku menatap langit-langit arpatermen ku, samar-samar terlihat bayangan gadis berambut pirang itu –lagi dan lagi, wajahnya yang manis berubah menjadi tegang dan ketakutan, genggamannya yang lembut berubah menjadi cengkraman. Ah.. sepertinya aku akan benar-benar gila. Apalagi setelah kejadian itu Aku belum pernah bertemu Anna –gadis berambut pirang itu- lagi, bahakan hanya untuk menghubunginya terasa sangat sulit. Aku sudah mencobanya berbagai cara agar dapat bertemu dengannya namun ia selalu menghindar,  Aku berdecak kesal.


Mengapa kau datang dan –sekarang-  menghilang ? mengapa kau membuat semua ini jadi sulit ?


Lagi-lagi yang ku lakukan hanya mendesah, aku melirik jam –lagi- ini sudah jam dua pagi, artinya ini sudah lebih dari tengah malam, dan aku tidak yakin bisa meneruskan berdiam diri di tempat tidur. Untuk beberapa saat, akhirnya ku putuskan untuk membuat secangkir the mungkin itu bisa membuatku jauh lebih tenang.


Tiba-tiba tanganku terhenti saat hendak membuka lemari, disana tertempel sebuah tulisan tangan yang rapi. Entah tersihir oleh mantra apa, aku malah melepas lembaran itu dari tempatnya lalu menarik kursi dan mengamati setiap detail dari secarik kertas itu. Aku mengenal tulisan tangan ini, ya aku sangat mengenalnya, namun mengapa semuanya tampak sudah sangat lama. Dan bahkan.. hampir terlupakan.


Mengapa kau pergi dan –sekarang- datang –lagi- ? mengapa kau membuat semua ini jadi sulit ?

*


Ternyata rapat deraksi tadi benar-benar membuat rasa kantukku hilang, yang benar saja, datang terlambat sepuluh menit ke kantor, aku sudah di ceramahi oleh dua atasan langsung. Belum lagi keduanya membicarakan hal yang sama, mereka bilang aku akan di pecat jika presentasiku seburuk tadi.


Harus ku akui, sebenarnya bekerja di tempat seperti ini bukan sepenuhnya keinginanku, namun jika mengingingat keluargaku yang ada di Indonesia begitu antusias membicarakanku, bahwa anak 
mereka bekerja dan hidup di Paris dengan layak, rasanya aku hampir tidak bisa apa-apa selain menerima semuanya.


Dan sebagai ‘upah’dari presentasi yang –menurut bos ku- tidak terlalu memuaskan seperti biasanya, jadilah aku harus mengerjakan semua desain ku dari awal. Ya dari awal. Ini membosankan, ah bukan, ini menyebalkan, tapi lagipula aku bisa apa ?


Aku menyesap teh Putih ku yang kesekian kali, hingga tidak sadar bahwa aku sudah menghabiskan kurang lebih 5 gelas dalam 3 jam pagi ini. Yaampun ternyata khasiat kafein dalam teh memang benar-benar bekerja untuk tubuhku.


“Revan !” panggil salah seorang rekan kantor sambil menyembulkan kepalanya di pintu. Aku mendongkak.


“Ya Max, ada apa ?” tanyaku pada laki-laki tinggi tegap berambut pirang itu.


“kau di panggil bos ke kantornya” ujarnya sambil membubuhkan senyuman di ujung ucapannya lalu menutup pintu.


Aku menghela nafas. Mau apa lagi dia ? ujarku skaraktis.


Tidak butuh waktu lama untuk keruangan bos ku, kini aku sudah ada di depan pintu, saat hendak menyentuh daur nya aku mendengar seseorang tertawa, bukan tawa lepas, tapi cukup untuk menguak rindu itu, aku terdiam sesaat, aku mengenal suara ini. Ya aku mengenalnya.


***


Anna – seseorang yang ajaib


Aku membuka mata ku yang terasa sangat berat. Sinar mentari menembus masuk melalui celah jendela, memantul pada lantai kamarku. Uh ini jam berapa ? erangku sambil menyentuh kepalaku yang masih terasa pusing. Sambil mengumpulkan nyawa aku bangkit dari tempat tidur, dan 
melihat kearah jam, ah pantas saja ini masih jam 8, ternyata masih sangat pagi.


Tiba-tiba terdengar sesuatu dari arah dapur, dengan langkah masih sedikit tidak seimbang aku bergegas pergi kearah suara.


Samar-samar aku melihat seseorang tengah menyalakan api kompor, menyadari diriku disana, ia berbalik.


“anna kau sudah bangun ?” ucapnya sambil menaruh kembali celemek yang akan ia pakai, lalu memelukku hangat.


“ibuuu !” ucapku riang sambil memeluk kembali tubuhnya. Ia mengelus rambutku, menyesapkan kehangatan yang selalu ku rindukan,


“kapan ibu tiba kemari ?” tanyaku setelah melepas pelukannya. Kulihat alis di wajah lembut ibu berkerut lalu dengan gencar ia berujar “kau ? kenapa kau terlihat pucat begini ? dan kau lebih kurus, 
apa kau sedang sakit ?”


Aku hanya terkekeh pelan mendengar ucapannya, “tidak, aku hanya sedang sedikit tidak enak badan bu..” ucapku tidak berbohong. Ah lagi pula mana bisa aku berbohong pada wajah ibu yang lembut ini ?


“ah apanya yang sedikit, badanmu hangat, lebih baik kita ke dokter..”


“tidak perlu bu, aku hanya perlu istirahat dirumah” ucapku meyakinkan ibu, setelah beberapa detik ibu memandangku dengan tatapan tak percaya, akhirnya ia tersenyum juga.


“baiklah kalau begitu.. sekarang duduklah..” ucap ibu ia mengeserkan kursi untukku yang tak jauh darinya, lalu kembali ke perkerjaannya yang sempat tertunda.


Aku asik menonton ibu dari belakang yang bersenandung pelan. ah sepertinya kegiatan ini sudah sangat jarang ku lakukan, semenjak aku tinggal di Paris untuk kuliah dan jauh dari keluargaku.  Untung ada Paman – adik ibu- yang dengan senang hati memberikan arpatermennya yang sudah tidak ia pakai lagi, tapi walaupun begitu tempat ini masih dangat nyaman.


Kini ibu memasukan beberapa potong daging sambil mengaduk-ngaduk isinya, lalu dengan lincah ia menyedok isi sup itu dan menghadap kearahku.


“cobalah..” pintanya. Dengan cepat aku melangkah maju, mencicipi masakan ibu. Dan tersenyum puas. Kegiatan ini selalu kami lakukan, mungkin sejak umurku lima tahun aku suka sekali membantu ibu –walau lebih sering merepotkan ibu- di dapur, memasak bersama dan aku yang pertama kali mencicipi masakan ibu.


“ini sangat amat enak” Ucapku sambil mengacungkan jempol pada ibu. Dan kami tertawa lepas. Ah.. kegiatan ini, kegiatan sudah sangat lama tidak lagi kulakukan bersama ibu.

**

Setelah tiga hari ibu menginap di arpatermenku, rasanya semua beban ku terangkat, semua terasa benar-benar baik, aku menceritakan semua masalahku –termasuk-Ben-yang tiba-tiba-muncul-di depanku- kesehatanku juga pulih kembali mungkin karena sup yang selalu di buatkan ibu untukku, dan ibu memang benar-benar seseorang yang sangat ajaib, nasehatnya mampu masuk ke otakku dan tercerna dengan sangat amat baik oleh fikiranku

Aku juga masih ingat perkataan ibu, “kau harus membuat keputusan pada pria itu, baik itu hitam atau putih” dan sekarang aku berada disini. Menunggu seseorang dengan hati amat sangat tenang, aku jadi teringat hari-hari kemarin saat pertama kali aku melihatnya di Paris aku benar-benar takut, tapi tidak untuk sekarang. Aku siap dengan segala resiko yang akan ku hadapi.

Aku menatap jam tangan yang melingkar cantik di lenganku, sudah hampir satu jam aku menunggu Ben namun batang hidungnya tak terlihat juga. Aku merogoh saku mantelku lalu mengeluarkan handphone dan mengetik beberapa kata, setelah memastikan bahwa pesan tersebut terkirim aku kembali memasukan benda itu kedalam saku.

***


Andira – pertemuan berikutnya.


Aku menatap gadget mahal ini berulang kali, berulang kali juga di layarnya tertera tulisan ‘Anna’ masuk kedalam kotak panggilan yang tak terbuka. Aku menemukan benda ini tadi pagi di sofa arpatermenku, sepertinya ini milik Benji yang kemarin sempat mengantarkanku pulang dan berbincang sebentar sekedar untuk minum kopi. Tadinya aku akan mengembalikan handphone ini, tapi mengingat aku tidak tahu dimana tempat tinggal Benji, jadi niat ini ku urungkan.


Lagi-lagi nama ‘Anna’ tertera di layar, kali ini bukan sebuah  panggilan, tapi hanya pesan singkat. aku tidak ingin jadi orang yang di katai tidak sopan, tapi jika membuka sms ini bisa memberiku petunjuk dimana Benji tinggal mungkiin..


Aku kembali menaruh handphone itu di sofa, tidak berniat menyentuhnya lagi. Mungkin Benji akan mengambilnya sendiri nanti. tapi sepertinya handphone ini ‘memantrai’ ku untuk segera membuka pesan yang ada di dalamnya. Dan akhirnya aku membuka pesan itu.


‘Ben, ada yang ingin aku bicarakan. Sekarang di moccalate’


ini hanya pesan biasa, tiba-tiba aku merasa sangat bersalah, tapi tunggu, apa yang dikatakan pesan dari orang yang bernama Anna itu ? ingin bertemu ? sekarang ? café moccalate ? bukankah itu café di ujung jalan ini ? tidak jauh dari tempat ku tinggal.

Tanpa fikir panjang lagi Aku segera menyambar mantelku, siapa tahu gadis bernama Anna ini bisa membantuku dimana tempat Benji berada. Ya.


*


Sang pramuniaga itu membukakan pintu sambil tersenyum, aku membalas senyumnya. Lalu ku edarkan padanganku ke seluruh ruangan, ah aku ini bodoh atau apa ? akukan tidak tahu gadis mana yang bernama Anna – Anna itu bagaimana jika aku salah orang ? tapi hey ! aku kan bisa meneleponnya lewat ponsel Benji, aku hanya perlu memperhatikan gadis mana yang sedang mengangkat telepon. Ah ide bagus Andira.


Sekejap aku menguntak-atik handphone Benji lalu aku menempelkan ponselnya di telinga, dengna waspada aku melihat ke seluruh ruangan, begitu panggilan masuk, aku melihat seorang gadis berambut pirang diujung sana sedang mengutak-ngatik tasnya lalu ia mengambil sebuah benda yang sama dengan yang sedang ku pegang ini, kulihat ia tersenyum lalu saat hendak menempelkan benda itu ke telinganya. Aku segera memutuskan panggilan itu. ah itu dia ! tidak salah lagi.

Tiba diriku mematung, gadis ini gadis yang di panggil Anna ini.. inikan.. Annalise.


***


Anna – gadis Asia


“apa-apaan ini” ucapku sambil menggerutu, tadi Benji meneleponku namun saat aku angkat teleponnya malah dimatikan. Ah dasar menyebalkan. Berapa lama lagi dia akan membuatku menunggu ?


Merasa di perhatikan, aku mendongkakan kepalaku, aku mendapati di hadapanku seorang gadis yang tidak ku ketahui tengah mendangiku. Aku tersenyum padanya.


“ada yang bisa aku bantu ?” ucapku


Ia terlihat kaget lalu mengerejap sekali. Ia tersenyum dan berkata “Apa benar kau Anna ?” ujarnya lancar. sangau seperti orang Paris kebanyakan. Aku mengerutkan alis, gadis yang ada di hadapanku ini bukan gadis-gadis eropa, ia memiliki mata yang bulat dan indah, kulitnya kuning langsat, bukan putih, rambutnya juga tidak pirang atau coklat, ia memiliki rambut hitam yang berkilau, tidak seperti gadis lain disini, ah dia orang Asia, tapi kalimat yang ia ucapkan sangat fasih tidak ada sedikitpun terdapa lagam bicara orang Asia pada umumnya yang terdengar aneh. Ah aku baru menyadari kalau ia seperti pemuda itu. ya.


Aku tersenyum “iya, bagaimana kau tahu ? maaf kau siapa ?” tanyaku beruntun. Kulihat ia mengacungkan sebuah handphone yang aku –sangat- kenal. itu handphone Ben kan ?


“aku ingin mengembalikan ini” ucapnya.


“kenapa bisa.. eh duduklah” ujarku akhirnya. Ia menurut lalu duduk di hadapanku.


“aku Andira” ia tersenyum lalu mengulurkan tangan, ia menjabat tanganku.


“tanganmu lembut sekali” ucapku antusias, aku tidak berbohong sungguh, tangannya lembut sekali. Kulihat ia terkekeh. Aku juga.


“aku..” ucapanku di potong olehnya.


“aku tahu kau Anna kan ? Annalise ?” katanya.


“bagaimana kau tahu, ah iya..” aku menepuk dahiku sendiri. Pasti ia tahu aku dari handphone itu.


***


Andira- percakapan dengan Anna


Aku tidak tahu sekarang harus berkata apa, berhadapan langsung dengan orang yang yaa –bisa di bilang- sekarang tengah ada di hati orang yang dulu –atau bahkan sekarang- aku sayangi. Tapi harus ku akui ia tidak seperti gadis-gadis eropa kebanyakan, ia baik dan ceria, tidak sepertiku yang pendiam. Ia juga ramah dan.. sangat cantik.


“aku..” aku memotong pembicaraannya, dengan cepat aku berkata.


“aku tahu kau Anna kan ? Annalise ?” ucapku sambil menatapnya. Kulihat matanya membulat.


“bagaimana kau tahu, ah iya..” ia menepuk dahinya sendiri, lihatlah dengan orang asing saja ia sudah bisa seakrab ini.


“apa aku bisa meminta mu menyampaikan benda ini pada Benji ?” pinta ku setelah lama diam membentang. Kulihat alisnya berkerut.


“maaf tapi aku tidak tahu tempat tinggal Ben dimana selama ia di paris, ku kira kau..” ujarnya hingga membuatku kaget dan bingung.


“ah tidak-tidak ! aku hanya kenalan Benji, kebetulan kemarin ia ke arpatermenku, dan ternyata ia meninggalkan ini, tapi ku kira kau mengetahui tempat Benji makannya aku kemari dan menemuimu” ucapku panjang lebar, aku tidak ingin gadis ini berfikir macam-macam. Ia mengangguk seraya tertawa.


“hahaha, tidak ada masalah jika kau-danBen- ada hubungan, aku malah iktu senang. tapi karena kau sudah disini, kau mau minum teh bersama ku ?” sudah dipastikan mataku membulat, sebenarnya aku tidak ingin lama-lama berada disini, tapi aku tidak tega jika harus menolak ajakan gadis baik ini, dan setelah kufikir-fikir ini akan jadi kesempatan bagus untuk lebih mengenal gadis yang tengah Revan kejar. Ah aku ini kenapa ? kenapa tiba-tiba aku jadi seperti ini.


“Hey kau melamun ! jadi bagaimana ? kau mau pesan apa ?” ujarnya sambil menggoncang pelan bahuku.


Aku mengerejap. “aku pesan teh putih saja” ucapku setengah kaget.


*

Percakapan dengan Anna kemarin itu begitu menyenangkan, ia entah dengan mantra apa bisa membuatku nyaman dan bebas, seperti sudah mengenalnya dengan lama. Sejenak aku berfikir, mungkin itu juga yang ia lakukan pada Revan, Ya sekarang aku tahu mengapa lelaki itu tertarik –atau bahkan- mencintai gadis itu. ah tapi sudahlah. Aku akan berusaha tanpa Revan.


Dan kali ini aku tengah menembus kerumunan orang, berlalu-lalang seperti koloni semut yang tangah bergotong royong mengambil makanan dari dua arah yang berbeda, pantas saja ini jantung mode kota Paris. Camp-elysees . Handphone di saku mantelku bergetar lagi, aku melihatnya ternyata sebuah pesan.


‘Andira, hadir di kantorku sekarang dalam 10 menit’ begitu isi pesan Mrs Magda, aku mendesah, bos ku yang belasteran orang Pasris dan Amerika –sebenarnya tidak ada yang berbeda seperti orang eropa umunya, namun sebutan Mrs bukan Madam yang lebih membedakan ia memilih garis turun mana- itu sangat amat tepat waktu, ia tidak jarang memecat karyawannya hanya karena 3 kali terlambat.

Setelah mendapat pesan itu aku mempercepat langkahku.


 *


Sekarang aku sudah berada di depan daur pintu besi sebuah ruangan bertuliskan ‘directeur chambre’ belum sempaat aku menyentuh daur besi itu, seseorang keluar dari dalam, seorang pria berusia hampir setengah abad, namun badannya masih tegap, dan pandangan matanya jelas memancarkan ketegasan dan kepememimpinan.

Ia menatapku sesaat, lalu beralih pada papan nama yang tergantung pada leherku, aku hanya tersenyum dan memberanikan diri bertanya.


“Apa anda maître Erik ? ” Ia menatapku lagi lalu segera membukakan pintu.


“silahkan masuk” ucapnya tegas.


Aku masuk ke dalam suatu ruangan yang cukup besar untuk ukuran satu orang –itu terlihat dari sebuah meja dan kursi yang hanya berjumlah satu di simpan di sudut ruangan- di kanan kiri ku terdapat lemari kacaberukuran besar yang memuat berbagai tropi penghargaan. Kulihat pria tua itu berhenti lalu mempersilahkanku duduk di deretan sofa. Aku duduk menonton punggung pria itu yang kini tengah membuka pintu kulkas berukuran kecil disudut lain ruangan.


“kau mau minum apa ?” tanyanya sopan.


“Apa saja maître ” jawabku


“bagaimana dengan teh putih ?” tanyanya lagi sambil mengacungkan sekaleng Teh. Aku mengangguk.


“tentu saja” ucapku mantap.

Setelah mendapatkan dua kaleng di tangannya, akhirnya ia kembali menghampiriku.


“pasti Magda yang mengirimmu” ujarnya sambil menaruh dua kaleng minuman itu di meja. Ah ternyata Pria ini sudah tahu. Aku mengangguk.


“Mrs menyuruhku menyampaikan ini” sekarang aku mengeluarkan selembar amplop berkuran coklat besar. Pria itu membuka dan membacanya, aku tidak tahu apa yang ada dalam amplop besar itu. lalu Pria itu menekan tombol di yang terletak di dekat sofa.


“suruh Rev masuk kemari” ujarnya pada mesin canggih itu. di jawab dengan suara seorang pria yang menyatakannya setuju.


“maaf tidak menyambutmu dengan baik” ucapnya basa-basi. Aku hanya tersenyum samar.


“sepertinya, Magda memperlakukanmu dengan istimewa” lanjutnya sambil tertawa. Aku juga. Walau pada kenyataannya Mrs Magda tidak pernah memperlakukanku dengan baik. Sejenak tawaku terhenti saat terdengar suara dorongan pintu dari luar.

“Sir, kau memanggilku ?” suara itu. biarpun aku sedang tidak berhadapan dengan pemilik suara itu, tapi aku tahu percis siapa dia. Suara itu. tiba-tiba seluruh badanku membeku. Apa yang di inginkan Mrs mgda padaku ?


***Dear You –Short Story made Us- bagian VI. Selesai***


Cuap-cuap cipaaw


Huahahahaha XD *evillaugh* maaf kawan-kawan, aku lagi gak konsen ngerjain part ini sumpah ini bertantakan. Banyak detail yang kelewat, padalah itu penting T-T ini gara-gara pulsa modem mau habis dan aku harus cepet-cepet ngirim naskah sama kalian. Maaf kalau yang ini mengecewakan T-T


Selamat berjuang buat Apiw hahaha semoga kamu menemukan ide, apa yang bersambung di part ini. Semoga kamu menemukan pekerjaan apa yang pas buat character-charakter ini. Karena aku juga masih bingung, makannya gak ada satupun yang ngejelasin tentang pekerjaan mereka apa.

Oke cukup cuap-cuapnya. Terimakasih sudah membaca. Sekali lagi. Apiw ! Ganbatte kudasai ! Hwaigthing !!!!!

PS : waktu bagian ibu Anna masak. Aku beneran laper loooo :D *ngiler* 


Warmy

Cipaaw

Senin, 08 Oktober 2012

sepucuk surat untuk edelweiss (bagian lain dari hati)


Sepucuk surat untuk Edelweiss
(bagian lain dari hatiku)

**

Edelweiss hari ni hujan.
Selaksa langit menjadi abu-abu. Tidak ada yang menarik memang, hanya umulan awan gelap yang berenang lambat diriakan langit lantas berubah menjadi partikel-partikel air.
Yaa.. tapi aku selalu menyukainya.
Sayangnya, hujan kali ini berbeda, ada yang berubah disini. Di dalam pikiranku, hujan kali ini hilang makanya, berganti sebuah Tanya yang entah dimana akan ku temukan jawabannya.

Edelweiss, hidup itu pilihan. Benarkah ?
Lantas bagaimana dengan aku ?
Suara dan tawamu, aku belum (atau bahkan mungkin tidak akan pernah) bisa memilih yang mana diantara keduanya, yang paling ingin aku dengar.

Edelweiss, hidup itu pilihan. benarkah ?
Lalu bagaimana dengan aku ?
Senyum dan matamu sampai detik ini bergulir, aku juga tidak bisa memilih mana diantara keduanya, yang paling kusukai.

Edelweiss, hidup itu pilihan. Benarkah ?
Lantas bagaimana dengan aku, edelweiss ?
Boleh aku memilih membencimu ?

Hidup itu pilihan ? jika benar, sungguh aku tidak akan memilihmu, sungguh, aku tidak akan memilih menaruh hati pada orang yang bahkan tidak mengulur satu tanganpun untuk menyambutnya.

Edelweiss hujannya berhenti, dan pertanyaan-pertanyaanku biar anak-anak angin yang membawanya serta mungkin hanya akan sia-sia, terselip diantara pucuk-pucuk angsana atau menguap bersama udara kecuali jika Kamu mau menuliskan jawabannya.

Senin, 01 Oktober 2012

Belajar dari Edelweiss tentang Keabadian


Halooo oktober !! selamat dataaang !!
Dadah September ketemu lagi tahun depan yaaaa.

Berhubung udah awal bulan nih, aku mau ngepost tentang bunga edelweiss dulu yaaa. Kenapa ? karena tadi baru ajaa edelweiss alias mint alias *piiip* abis jadi petugas upacara looo XD
Jadi apa sih edeilweiss ? yuuuk liat.. semoga bermanfaat yaa :D



Edelweis, sebuah tanaman eksotik dan endemik khas daerah alpina atau montana. Tanaman dari family Asteraceae tumbuh dan berkembang di daerah pegunungan dengan iklim yang dingin dan pada ketinggian diatas 2000mdpl. Hampir semua pegunungan ditumbuhi Edelweis. Beragam spesies muncul sehingga menciptakan keragaman yang menarik. Dari morfologi bunganya saja, terlihat ada Edleweis berwarna putih, ungu dan kuning, dan masih ada lagi mungkin di tempat lain. Anphalis Javanica, adalah Edelweis yang banyak di jumpai di pegunungan pulau Jawa.

Beragam istilah muncul untuk menyebut nama tanaman eksotis ini. Ada yang menyebut sebagai bunga keabadian, ketulusan dan perjuangan, dan masih banyak lagi intepretasi yang lain. Disebut bungan keabadian, karena bunganya yang terus awet dan berada dipuncak gunung sebagai simbol keabadian. Lambang ketulusan, karena Edelweis tumbuh di daerah yang khusus dan ekstrem, sehingga seolah menerima keadaan apa adanya tanpa menuntut kondisi yang mengenakan. Bunga ini juga mengandung arti sebagai lambang perjuangan, karena bunga ini tumbuh ditempat yang tandus, dingin, miskin unsur hara dan untuk mendapatkannya harus bersusah payah mendaki gunung.

Karena demikian hebatnya bungai ini, membuat mereka yang mengaku pecinta alam atau penggiat alam bebas berusaha mengabadikan bunga tersebut bahkan harus rela memindahkan habitatnya walau hanya setangkai bunganya saja. Di beberapa tempat wisata, Edelweis menjadi barang dagangan yang cukup menjanjikan karena banyak diburu mereka yang tak sanggup memetik di gunung. Saking laris manisnya, maka eksploitasi Edelweis dilakukan penduduk untuk di perdagangkan. Tidak berbeda jauh dengan tangan-tangan jahil penggiat alam bebas, walau tidak melakukan jual beli Edelweis, tetap saja mengambil tanpa memikirkan dampaknya. Memetik tanpa menanam, begitulah yang terjadi dan kenyataannya demikian. Entah sampai kapan prilaku tersebut akan berhenti, apakah menunggu kesadaran masing-masing pribadi atau setelah bunga keabadian tersebut habis dari habitatnya.



Mungkin bagi kita yang memiliki kesadaran akan arti penting Edelweis yang terancam oleh tangan-tangan jahil, tidak usah terlalu risau. Mungkin jika mata kita jeli, maka tanpa bersusah payah akan menemukan bunga keabadian tersebut. Tentu saja ada aturan main, dan menaati aturannya sebelum bertemu dengan bunga eksotik tersebut. Jangan berpikir, Edelweis hanya tumbuh pada stratifikasi vegetasi tertentu, yakni montana atau alpina yang terletak hampir di puncak gunung. Tetapi bunga ini, bisa di temui di tempat-tempat tertentu dan spesifik sesuai dengan habitat aslinya. Mari arahkan mata dan pandangan kita untuk sejenak bisa menikmati Anaphalis Javanica. Jangan mengambil atau merusak, cukup nikmati dan abadikan lewat gambar agar semua orang bisa menikmati.

Di Jalan Lingkar Salatiga, di sekitar kanan kiri bekas galian untuk jalan, banyak sekali di tumbuhi Edelweis. Edelweis merupakan tanaman perintis dalam suksesi lahan. Pada awalnya lahan yang di pangkas menjadi tebing-tebing yang curam, serta terlihat lapisan-lapisan tanahnya. Nampak tanah lapisan atas yang berwarna kecoklatan, lalu tanah liat clay kemudian tanah berpasir, berkerikil dan berbatu. Irisan tanah secara vertikal ini menyulitkan beragam tumbuhan untuk hidup, dan hanya tanaman pioner saja yang mampu tumbuh dan berkembang disana. Ibarat lahan tandus, makan beberapa tanaman perintis yang mampu tumbuh, seperti; paku-pakuan, lumut, rerumputan dan Edelweis adalah salah satunya.



Edelweis adalah tumbuhan perintis di tanah vulkanik yang tandus, bebatuan pegunungan dan lembah-lembah. Keistimewaan Edelweis adalah mampu hidup dalam media yang miskin unsur hara, karena tanaman ini bersimbiosis dengan mikoriza. Mikoriza adalah jamur yang berasda di perakaran yang bertugas menambat Nitrogen dan dekomposisi materi organik. Dari peran Mikoriza tersebut Edelweis mendapatlan nutrisi, sehingga mampu hidup ditanah tandus sekalipun. Lahan yang dipangkas vertikal menjadi habitat yang cocok untuk Edelweis, sehingga banyak ditemui di tebing-tebing curam disepanjang Jalan Lingkar Salatiga. Dengan perakaran yang kokoh dan mampu menembus celah-celah bebatuan memungkinkan Edelweis mampu hidup ditempat-tempat yang sudah dijangkau.

Menjadi pertanyaan sekarang adalah darimana asal Edelweis ini, apakah ada yang menanam atau tumbuh dengan sendirinya. Family Asteraceae memiliki karangan bungan, dan menghasilkan banyak sekali bunga generatf. Oleh angin, serbuk-serbuk bunga yang berisi bungan-bungan generatif di terbangkan dan disaat mendapat media yang tepat akan tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan Edelweis tergolong cepat, walau hanya memiliki tinggi 1 meter, akan menghasilkan bunga-bunga generatif yang melimpah. Di daerah yang sama sekali tidak terusik, seperti pegunungan Edelweis mampu tumbuh hingga 8m dan dengan batang yang kokoh.



Dari kajian ekologis, Edelweis memiliki peran sebagai pioner dalam revegetasi dan suksesi. Menjadi tanaman pertama yang tumbuh dan menghasilkan unsur-unsur hara sebagai media tumbuh tanaman lain. Selain tanaman perintis, Edelweis menjadi cover corp atau tanaman penutup yang mempu menahan hempasan air hujan dan laju permukaan, sehinga meminimalkan resiko erosi. Disisi lain, banyak serangga yang hidup didalam bunga untuk sekedar menghisap nektar atau berlindung didalam rimbunya dedaunan.

Jangan mengira Edelweis di Jalan Lingkar Salatiga seperti yang ada di gunung-gunung. Jalan Lingkar Salatiga dengan ketinggian dari permukaan laut sebesar 670m berbeda dengan Edelweis di ketinggian diatas 2000mdpl. Faktor lingkungan seperti, ketinggian, suhu, cahaya, nutrisi, kelembapan dan lain sebagainya berpengaruh terhadap pertumbuhan Edelweis. Di lokasi yang bukan habitat aslinya, Edelweis akang mengalami gangguan pertumbuhan. Di lokasi tersebut, Edelwesi terlihat dengan daun dan bunga yang tak serimbun di pegunungan, dan terkesan kurus. Namun adanya pembatas faktor lingkungan tak menghalangi Edelweis untuk tetap hidup, yakni dengan beradaptasi walau dengan pertumbuhan yang tidak normal. Sungguh perjuangan yang tidak mudah bagi Edelweis agar tetap hidup dilingkungan barunya. Yang menjadi ancaman, bukanlah kondisi lingkungan, tetapi yang ditakutkan adalah ulah tangan jahil yang tidak bertanggung Menjadi pertanyaan sekarang, bisakah kita menjaga dan mengapresiasi tanaman eksotis tersebut. 

Jangan gara-gara dengan embel-embel bunga keabadian lantas memetik dan mempersembahkan kepada kekasih, percumah tak ada yang abadi kecuali bunga plastik yang perlu ratusan tahun agar terurai. Naif juga jika memetik Edelweis sebagai wujud ketulusan cinta, sebab Edelweis sudah lebih tulus dari cinta siapapun, sebab dia rela menjadi yang pertama untuk sebuah kehidupan. Jangan tanyakan tentang perjuangan untuk Edelweis, karena bunga ini harus benar-benar survive agar mampu menjadi yang pertama dalam suksesi dan revegetasi. Bijak sekali juga kita bisa belajar dari Edelweis Jawa ini bagaimana tentang keabadian, ketulusan dan pengorbanan, baik kepada orang terkasih, sesama dan alam ini, seperti yang ditunjukan Edelweis dalam habitatnya.